MODUL III
EKOSISTEM PERAIRAN
I.
Hari / tanggal : Sabtu, 11
juni 2011
II.
Dasar Teori
Air
adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai
saat ini dibumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71 %
permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik ( 330 juta mil 3)
tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut ( air asin) dan pada
lapisan-lapisan es ( dipucuikmdan di puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai,
muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam objek-objek tersebut
bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu melalui penguapan, hujan, dan aloran
air di atas permukaan tanah ( runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju
laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Dibanyak tempat di dunia
terjadi kekurangan persediaan air.
Ekosistem
perairan merupakan ekosistem yang selalu mengalami perubahan kualitas dan kuantitas akibat
pengaruh variasi abiotik tersebut. Oleh karena itu, organisme perairan harus Dapat
beradaptasi dalam mencari nutrisi dan
menjalankan kelangsungan hidup dengan menggunakan gas-gas yang terlarut pada
perairan tersebut. Pengaruh variasi abiotik ini juga sebagai penunjang
lingkungan secara keseluruhan yang memungkinkan adanya perubahan produktivitas
biologis.
Pencemaran
air atau polusi air adalah penyimpangan yang terjadi akibat masuknya zat,
makhluk hidup, energi dan / atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan
manusia sehingga kualitas air menjadi menurun sampai ketingkat tertentu yang
mengakibatkan air tersebut tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Maka dari itu pentingnya konservasi lingkungan pada umumnya dan ekosistem perairan
pada khususnya, sebagaimana dijelaskan
pada UU NO.5 THN 2000 ( 10 Agustus 2000 ) tentang konservasi sumber daya hayati
dan ekosistemnya pada Pasal 1 nomor 2 menyatakan konservasi sumber daya alam
yaitu pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan dan keseimbangan persediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
III.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perbandingan
sifat fisik, kimia dan biologi perairan
2. Untuk mengetahui tingkat
penyinaran cahaya matahari ( Transparansi pada daerah profundal ).
IV.
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
· Meteran
· Termometer
· Salinometer
· Kertas lakmus
· Cakram sechi
· Tali Rafia
· Perahu
· DO meter
· Alat tulis menulis
V.
Prosedur kerja
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
a. Faktor fisik dan kimia
1. Mengamati kondisi fisik dan
kimia air sungai, rawa dan laut yang ada di sekitar lokasi pengamatan.
2. Mengamati kondisi biologis
berupa tumbuhan air dan keberadaan hewan.
3. Mengukur kadar oksigen
terlarut dengan menggunakan DO meter, kadar garam ( salinitas ) dengan
menggunakan salinometer, Mengukur keasaman air ddengan menggunakan Ph meter
b. Transparasi
1. Merangkai cakram sechi dengan
menggunakan tali
2. Menenggelamkan cakram sechi sampai tidak terlihat
3. Menarik secara berlahan-lahan
sampai pertama kali terlihat
4. Menandai tali sampai batas
permukaan air, kemudian mengukur kedalaman air dengan menggunakan meteran
5. Mengukur faktor abiotik yaitu
salinitas, pH dan kadar oksigen terlarut.
6. Memasukan data kondisi kimia,
fisik dan biologi pada tabel pengamatan.
VI.
Hasil Pengamatan
Tabel
1
No.
|
Kondisi fisik, kimia, dan biologi perairan
|
Keadaan
perairan
|
|||
Sungai
|
Rawa
|
kolam
|
laut
|
||
1.
|
Warna
a. Bening
b. Cokelat
c. Hitam
d. kuning
|
ü
|
ü
|
_
|
ü
|
2.
|
Rasa
a. Tawar
b. Payau
c. Asin
d. Asam
|
ü
|
ü
|
_
|
ü
|
3.
|
Bau
a. Berbau
b. Tidak berbau
|
ü
|
ü
|
_
|
ü
|
4.
|
Kekeruhan
a. Bening
b. Agak keruh
c. Keruh
d. Keruh berlumpur
|
ü
|
ü
|
_
|
ü
|
5.
|
Kondisi daerah pinggiran
a. Erosi permukaan
b. Erosi alur
c. Erosi parit
|
ü
|
ü
|
_
|
ü
|
6.
|
Kondisi Biologis
v Tumbuhan air
a. Terapung
b. Akar terbenam
c. Akar mencuat
d. Seluruhnya terbenam
v Plankton
v benthos
|
ü
ü
ü
|
ü
ü
ü
|
_
_
_
|
ü
ü
ü
|
7.
|
Kegunaan air
a. Air minum
b. MCK
c. Pertanian
d. Industri
e. Peternakan
f.
pembuangan
|
ü
ü
ü
ü
|
ü
|
_
_ _ _ _ _ |
ü
ü
|
Tabel
2
No.
|
Pengamatan
|
Hasil
pengukuran
|
keterangan
|
1.
|
Salinitas air
|
|
|
2.
|
Kadar oksigen
terlarut
|
|
|
3.
|
pH air
|
8,0
|
dilaut
|
4.
|
Kedalaman air
|
3 M
|
dilaut
|
5.
|
Suhu
|
300C
|
dilaut
|
VII.
Pembahasan
Air
amat penting dan merupakan bagian dari protoplasma sehingga dapat dikatakan
semua kehidupan adalah “ aquatik” tetapi
bila membicarakan tentang habitat akuatik, yang dimaksudkan adalah keadaan
dimana air merupakan faktor luar (eksternal) yang utama sekaligus merupakan
medium enternal.
Habitat
air tawar dapat dibagi menjadi dua seri, yaitu:
1. Air mengalir atau habitat
lobik ( berasal dari kata lotus yang bererti tercuci), misalnya mata air,
aliran air, dan sungai.
2. Air tergenang, atau habitat
lentik ( berasal dari kata lenis yang berarti tenang), misalnya danau, kolam,
rawa, atau pasir terapung.
Habitat air tawar yang meliputi
sungai, kolam, danau dan rawa, menempati daerah yang relatif kecil pada
permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut atau daratan, namun bagi
manusia kepentingannya jauh lebih berarti karena habitat air tawar
merupakan sumber air yang paling praktis
dan murah untuk kepentingan dosmetik maupun industri.
Faktor –faktor pembatas yang cukup
penting pada air tawar, dan yang dibicarakan cukup mendalam pada tiap
pembahasan, antara lain keadaan warna, rasa, bau, dan kejernihan, kadar garam,
dan kadar keasaman.
Pada keadaan warna untuk perairan
sungai dan laut berwarna bening, hal ini disebabkan sungai dan laut merupakn
zona air deras. Di daerah yang dangkal, dimana kecepatan arus cukup tinggi
untuk menyebabkan dasar sungai dan laut berwarna bening dan bersih dari endapan
dan materi lain yang lepas, lain halnya dengan keadaan warna untuk rawa yaitu
berwarna kuning, hal ini dikarenakan air rawa merupakan zona air tenang, dimana
kecepatan arus sudah berkurang maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap
didasar yang lunak. Cocok untuk habitat vektor dan plankton.
Pada keadaan rasa untuk perairan sungai adalah rasa tawar
karena merupakan perairan air tawar. Meskipun demikian terdapat adanya bebatuan
yang mengandung mineral, berasal dari pegunungan yang terkikis kemudian terbawa
oleh air tanah / mata iar yang menuju muara ( sungai/danau) sehingga terjadilah
sendimentasi / pengendapan. Keasamannya
(pH) normal ( stabil) yaitu 7. Perairan ini umunya tidak berbau, akan tetapi
perairan sungai yang praktikan amati berbau, disebkan oleh sisa-sisa organisme
yang telah mati.
Bila ditinjau dari kondisi
biologisnya yakni mengenai tumbuhan air dirawa yang telah diadakan pengamatan
terdapat adanya zona vegetasi tersebut, dimana tanaman yang akarnya terbenam
dan bagian asan fotosintesanya muncul diatas permukaan air.Jadi, karbondioksida
untuk menghasilkan makanan di ambil dari udara tetapi bahan mentah lain di
ambil dari permukaan air.
VIII.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat ditarik dari pengamatan dan pembahan yaitu :
1. Pada perairan yang praktikan
amati merupakan perairan air tawar, yang terdiri atas ekosistem lentik ( air tergenang),
contohnya rawa. Dan ekosistem lotik ( air mengalir) contohnya sungai dan laut.
2. Sifat fisik, kimi dan keadaan
biologis pada sistem peairan akan dijelaskan sebagai berikut. “ Apabila kondisi
fisik yaitu warna, bau, rasa, dan kekeruhan. Sedangkan kondisi kimia nya yaitu
: salinitas, kadar keasaman, serta
kondisi biologi parairan ini memiliki tumbuhan air terapung dan akar terbenam
3. Kegunaan air pada ekosistem
perairan ini antara lainn untuk MCK dan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Michael,P.1997. Metode ekologi
untuk pnyelidikan ladang dan laboratorium. Departemen pendidikan dan kebudayaan
Universitas Tadulako. Palu
Penfound. 1956. Ekologi air tawar.
Penerbit erlangga, jakarta
Tim
penyusun pembina mata kuliah .2011. penuntun praktikumpengetahuan
lingkungan. Universitas Tadulako. Palu.
0 komentar:
Posting Komentar