BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ketika kita
mendengar kata interaksi tentunya hal ini mengacu pada hubungan antar satu sama
lain dalam suatu kelompok. Kali ini kami akan membahas
mengenai interaksi antar spesies. Seperti kita tahu dalam suatu spesies
terdapat beragam individu (populasi) namun pada intinya mereka mempunyai
hubungan kekerabatan antar satu sama lain. Namun hubungan atau interaksi
antar satu sama lain, dapat menguntungkan satu pihak, kedua pihak, maupun
merugikan salah satu pihak. Maka dari itu kami akan membahas secara runtut dan
berurut antara lain : Tipe-tipe Interaksi Antar-spesies dan Persaingan
Intra-Interspesifik.
Semua makhluk
hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan
selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik
individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain.
Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Setiap komponen
biotik dan abiotik selalu berintertaksi membentuk hubungan yang saling
ketergantungan, misalnya makhluk hidup memerlukan udara untuk bernapas,
tumbuhan hijau memerlukan cahaya untuk berfotosintesis. Selain itu
ketergantungan komponen abiotik terhadap komponen biotik, misalnya cacing tanah
menggemburkan tanah, tumbuhan untuk menahan erosi, tumbuhan hijau untuk
mengurangi pencemaran udara.
Pembahasan
pertama yakni tipe - tipe interkasi antar-spesies, dalam interaksi ini secara
teori, spesies-spesies dalam suatu populasi saling berinteraksi satu dengan
lainnya. Dan membentuk interaksi yang positif, negatif,maupun NOL.
Interaksi antar
organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi
antar organisme dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.
Netral
2.
Predasi
3.
Parasitisme
4.
Komensalisme
5.
Mutualisme
Adapun
persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari
spesies yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber
daya alam, tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang
diperlukan untuk hidup dan pertumbuhannya Persaingan yang dilakukan
organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan,
unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau
faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh
tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya.
1.2 Rumusan masalah
1.
Bagaimana interaksi spesies dalam
ekologi dan
2.
Sebutkan macam-macam interaksi spesies.
1.3 Tujuan
1.
Untuk memahami interaksi spesies dalam
ekologi
2.
Untuk mengetahui macam-macam interaksi
spesies.
BAB
II
KERANGKA TEORI
Menurut (Irwan 1992), interaksi yang terjadi antar spesies anggota
populasi akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi.
Menurut Gopal dan
Bhardwaj (1979), persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan
kebutuhan ruang (tempat).
Menurut (Indriyanto,2006),
makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau
faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh
tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya.
Menurut Elton (1972)
niche didefinisikan sebagai suatu tempat yang berhubungan dengan makanan dan
kompetisi dan juga status organisme dalam komunitas.
Menurut
(Einhellig, 1995a), fenomena alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia
antar tumbuhan, antar mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
Interaksi dalam ekologi
Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu
kejadian yang wajar didalam suatu komunitas, kejadian tersebut mudah dipelajari
(Irwan 1992) interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi.
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk
hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain
yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau
individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di
sekitar kita. Organisme-organisme laintentu ada didalam situasi natural,
dan merupakan bagian yang melengkapi lingkungan. Mereka sangat penting karena
dapat menyediakan bahan makanan, menjadi tempat berteduh atau berlindung dan
melengkapi kebutuhan kebutuhan lain. Sebaliknya diantaranya tentu ada yang
merupakan tetangga yang tidak diinginkan. Interaksi yang bermacam-macam
dapat dibagi dalam dua golongan utama yaitu simbiosa dan antagonisma. Didalam golongan pertama kedua belah pihak tidak
ada yang dirugikan, dan salah satu atau kedua-duanya mendapat keuntungan,
sedang dalam golongan yang kedua salah satu pihak dirugikan.
Simbiosa berarti hidup berdampingan. Pada simbiosa
mutualisme kedua organisme saling diuntungkan. Pertumbuhan dan survivalnya
diuntungkan karenanya, dan dalam keadaan wajar organisme tidak dapat lestari
apabila terpisah dari partnernya. Plankton-plankton, mahluk tumbuhan atau hewan
yang hidup melayang-melayang didalam air banyak yang merupakan mutualisme.
Tumbuhan leguminosa, yaitu yang berbuah polongan juga menjalankan simbiosa
semacam, dengan bakteria zat lemas yang mengumpul diakar. Bakteria mendapat
karbohidrat dan bahan lain, sebaliknya bakteria mengikat gas nitrogen dari
udara dan diberikan kepada induk-semangnya. Pada simbiosa komensalisme
satu pihak saja yang diuntungkan sedang pihak yang lain tidak mendapat dan
tidak menderita apa-apa. Termasuk ini ialah tumbuhan epifit yang hidup pada
tumbuhan lain, seperti anggrek, lumut pohon, dan tumbuhan lain yang bergelantungan
didahan pohon , dan juga hewan-hewan yang hidup di pepohonan seperti katak
pohon dan sebagainya. Tumbuhan atau hewan tersebut tidak menghisap makanan dari
partnernya hanya numpang tempat tinggal. Yang termasuk kategori interaksi
antagonid ialah antibiosa, eksploitasi dan kompetisi.
Organisme mengeluarkan bermacam-macam bahan dari
metabolismenya. Karbondioksida atau asam organik hasil metabolisme, yang
memenuhi suatu lingkungan, sering menghambat mahluk lain untuk melangsungkan
hidup. Ada kalanya ada bahan produksi khusus yang antagonistik terhadap spesies
lain. Cendawan sering kali mengeluarkan bahan semacam itu, seperti pinicillin,
streptomycin, auromycin, ialah bahan antibiotik yang dapat membunuh
bakteria-bakteria tertentu.
3.2
Jenis – jenis Interaksi
Dalam sebuah ekosistem yang terdapat beberapa
populasi di dalamnya, maka akan terjadi interaksi antara individu dan populasi
tersebut. Hubungan tersebut disebut hukum interaksi. Hukum interaksi tersebut
meliputi :
1.
Kompetisi
Interaksi
kompetisi yaitu hubungan antara komponen ekosistem yang saling bersaing satu
sama lain untuk tujuan yang sama. Misalnya kerbau dan kambing yang sama-sama
bersaing mengkonsumsi rumput. Atau harimau dan singa yang sama-sama berburu
mangsa.
2.
Endimis sirpentin
Endemik
atau endemis berarti eksklusif asli pada suatu tempat (biota). Di dalam suatu
pulau dapat terbentuk wilayah/habitat endemik karena adanya proses pembentukan
batuan kapur, batuan serpentin, batuan vulkanik atau batuan lainnya. Pada
konteks endemisitas, terbentuknya habitat dari batuan serpentin menyebabkan
terbentuknya jenis tumbuhan endemik serpentin. Komunitas tumbuhan pada area
serpentin umumnya kerdil dan umumnya hanya tumbuh pada habitat tersebut.
Habitat ini umumnya berupa area terbuka dan berbatu, dengan vegetasi umum
berupa tumbuhan semak dan terkadang pohon dengan daun keperakan atau kecoklatan
karena struktur bulunya bersifat memantulkan cahaya.
Tanah
serpentin juga memiliki kandungan logam berat yang tinggi seperti kromium,
kobalt, dan nikel. Serpentin juga kaya serat silika yang dikenal dengan nama
asbestos. Mineral asbestos ini lebih banyak merugikan manusia daripada tumbuhan
karena dapat menyebabkan kanker. Tantangan lain pada tanah serpentin
adalah ketiadaan zat hara (nutrisi). Kandungan kalsium (Ca)
pada tanah ini biasanya rendah, sebaliknya kandungan Mg tinggi. Contoh
tumbuhan yang hidup ditanah serpentin adalah sebagai berikut :
3.
Halofit
Tumbuhan
Halofit yaitu tumbuhan yang mampu pada kondisi kadar garam yang tinggi
(salinitas) beradaptasi dengan cara membentuk kelenjar garam yang terdapat pada
daun, memiliki jaringan aerenkim dengan ruang antar sel yang besar dan
jaringan pembuluh tersebar. Tumbuhan halofit merupakan tumbuhan pantai
yang hidup pada kondisi selalu tergenang ataupun terkadang tergenang air laut.
Tumbuhan ini hidup pada kondisi kadar salinitas air laut yang tinggi. Oleh
karena itu, tumbuhan pantai umumnya memiliki adaptasi yang unik terhadap
kondisi lingkungan tersebut.
Adapun
bentuk adaptasinya adalah memiliki jaringan aerenkim dengan ruang antar sel
yang besar dan jaringan pembuluh tersebar. Contoh tumbuhan mangrove menyerap
air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan (ultra filter) yang
terdapat pada akar . Flora mangrove menyerap air dengan salinitas tinggi
kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang terdapat pada
daun. Berikut contoh gambar tumbuhan mangrove.
Tidak
semua halofit setara dalam toleransi garam, dibedakan intoleran, fakultatis,
dan obligat.Tetapi kebanyakan halofit adalah intoleran, yaitu tumbuh
maksimum pada salinitas rendah dan menurun pada salinitas naik. Tumbuhan yg
hidup subur di daerah atau lingkungan (tanah) yg berkadar garam tinggi, msl
rumput inggris; Armeria maritina
4.
Kompetisi dan Niche
Niche
menurut Grinnel (1917, 1924, 1928) merupakan peran fungsional dan kedudukan
organisme dalam komunitas. Menurut Elton (1972) niche didefinisikan sebagai
suatu tempat yang berhubungan dengan makanan dan kompetisi dan juga status
organisme dalam komunitas. Menurutnya niche dari hewan dapat didefinisikan
dalam range yang lebih luas lagi menurut ukuran dan makanannya. Menurut Odum
(1959), definisi niche ekologi adalah posisi atau status dari struktur adaptasi
organisme, respon psikologi, dan tingkah laku spesifik. Adapun niche menurut
Keindegh (1980), yaitu kedudukan khusus dalam suatu komunitas suatu populasi
spesies. Jadi niche (relung) dapat diartikan sebagai suatu kedudukan dari
organisme tetentu dalam ekosistem terikat dengan adaptasi morfologi, struktur,
dan fungsional. Dengan demikian niche overlap dapat diartikan sebagai suatu
kedudukan atau posisi organisme yang tumpang tindih dengan organisme yang lain
di dalam ekosistem dalam hal ukuran habitat dan makanannya.
Kompetisi
adalah salah satu bentuk interaksi antar dua atau banyak individu apabila suplai
sumber yang diperlukan bersifat terbatas. Peran suatu spesies di dalam
komunitasnya disebut peran ekologi (niche). Sebuah peran ekologi terdiri dari
cara-cara sebuah spesies berinteraksi di dalam lingkungannya, termasuk
diantaranya faktor-faktor tertentu seperti apa yang dimakan atau apa yang
digunakan untuk energi, predator yang memangsa, jumlah panas, cahaya atau
kelembaban udara yang dibutuhkan, dan kondisi dimana dapat
direproduksi. Kompetisi dibedakan menjadi dua, yaitu kompetisi
intraspesifik dan interspesifik. Intraspesifik adalah persaingan antara
organisme yang sama dalam lahan yang sama sedangkan kompetisi interspesifik
adalah persaingan atara organisme yang beda spesies dalam lahan yang sama.
5.
Amensalisme
Amensalisme
adalah interaksi yang menekan satu organisme, sedangkan yang lain tetap stabil
atau salah satu organisme dirugikan tapi organisme lainnya tidak
diuntungkan maupun dirugikan.. Amensalisme juga disebut sebagai suatu interaksi
bersifat negatif, dimana salah satu anggotanya terhambat dan yang lain tidak
terpengaruh. Contohnya adalah jamur Penicilium yang mensekresikan
penisilin dengan bakteri. Penisilin mampu membunuh bakteri. Sehingga bakteri
dirugikan, tetapi jamur Penicillium tidak mendapatkan keuntungan
maupun kerugian. Salah satu contoh amensalisme adalah interaksi
alelokemis, yaitu penghambatan satu organisme oleh organisme lain melalui
pelepasan produk metabolit ke lingkungan. Bagian interaksi alelokemis yang
melibatkan hanya tumbuhan saja disebut alelopati.
6.
Interaksi Alelokemis pada Level
Produser – Dekomposer
Kebanyakan
dekomposer dalam tanah yang serasah dibawah suatu komunitas dipengaruhi spesies
tumbuhan yang menggugurkan serasah penitrasi akar dalam tanah. Tanah dibawah
hutan conifer umumnya asam karena serasah conifer bersifat asam dan
dekomposisinya mempengaruhi PH tanah. Sebagai hasil, fungi medominer mikroflora
tanah, sedangkan bakteria mendominer tanah netral.
7.
Alelopati
Alelopati merupakan
interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat
menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut
(juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat
yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal
sebagai anabiosa atau antibiotisme. Contoh, jamur Penicillium
sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
tertentu.
Fenomena
alelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar
mikroorganisme, atau antara tumbuhan dan mikroorganisme (Einhellig, 1995a).
Menurut Rice (1984) interaksi tersebut meliputi penghambatan dan pemacuan
secara langsung atau tidak langsung suatu senyawa kimia yang dibentuk oleh
suatu organisme (tumbuhan, hewan atau mikrobia) terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organisme lain. Senyawa kimia yang berperan dalam mekanisme itu
disebut alelokimia. Pengaruh alelokimia bersifat selektif, yaitu berpengaruh
terhadap jenis organisme tertentu namun tidak terhadap organisme lain (Weston,
1996).
Alelokimia
pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran melalui
berbagai cara yaitu :
a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui
penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui
penguapan adalahArtemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa
kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh
tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke
dalam tanah yang akan diserap akar.
b. Eksudat
akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan
oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam
benzoat, sinamat, dan fenolat. Lantana atau Saliara Akar dan tunas tanaman ini
dapat mengurangi perkecambahan gulma anggur dan gulma lainnya.
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari
bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau
tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat
beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah
naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan
organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati,
senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada
bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya
dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa
jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang
ditanam pada musim berikutnya.
e. Alelokemis
pada level Produser-Herbivora
Interaksi alelokemis, yaitu penghambatan satu
organisme oleh organisme lain melalui pelepasan produk metabolit ke
lingkungan. Untuk hebivora tertentu, semua spesies tumbuhan rasanya tidak
harus sama. Banyak spesies ditolak total, beberapa dimakan dan sangat disenangi
dan yang lainnya dimakan kalau yang disenangi tidak ada.
f. Interaksi
antara Tumbuhan Epifit dengan Inangnya
Tumbuhan epifit artinya tumbuhan yang menempel pada
bagian luar tumbuhan lain. Tumbuhan yang menempel itu tidak merugikan tumbuhan yang
ditumpangi (komensalisme). Contohnya : tumbuhan paku-pakuan dan anggrek yang
tumbuh pada ranting atau batang pohon tumbuhan berkayu.
g. Interaksi
antara Tali Putri dengan Inangnya
Tali putri yang berwarna
ilmiah Cuscuta sp, warnanya yang kuning keemasan akan tampak
cemerlang jika mendapat sinar matahari. Tali putri punya sifat merugikan.
Kehadirannya pada tumbuhan melalui pola hubungan simbiosis paratisme. Tali
putri memang tumbuhan parasit yang bisa membunuh inangnya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Bedasarkan
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
1.
Interaksi spesies merupakan suatu
kejadian yang wajar didalam suatu komunitas,
2. Semua
makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu
akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik
individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain.
3.
Macam-macam interaksi spesies adalah
sebagai berikut :
a. Kompetisi
b. Endimis
serpentin
c. Halofit
d. Kompetisi
dan Niche
e. Amensalisme
f. Interaksi
Alelokemis pada Level Produser-Dekomposer
g. Alalopati
h. Alelokemis
pada Level Produser –Herbivora
i.
Interaksi antara Tumbuhan Epifit dengan
Inangnya
j.
Interaksi antar Tali Putri dengan
Inangnya
4.2
Saran
Bagi para pembaca yang ingin mengetahui lebih
jelasnnya mengenai interaksi spesies, agar mencari lagi referensi yang
lain karena tidak dapat kami pungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini, masih
banyak kekurangan yang perlu disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
Tarumingken
C. Rudy.1994.Dinamika populasi.Pustaka
Sinar Harapan.Jakarta.
Budy
wilarso Sri.Interaksi tumbuhan dan factor
pembatas.Erlangga.jakarta.