BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Di
sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran
hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran
yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas
pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar
yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan
pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap
dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk
mengetahui system pembelajaran dalam proses pendidikan.
BAB
II
KERANGKA
TEORI
Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang
memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian
operan, dan pembelajaran sosial.
a.
Pengondisian klasik
Pengkondisian
klasik adalah jenis pengkondisian di mana individu merespon beberapa stimulus
yang tidak biasa dan menghasilkan respons baru. Teori ini tumbuh berdasarkan
eksperimen untuk mengajari anjing mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap
bel yang berdering, dilakukan pada awal tahun 1900-an oleh seorang ahli fisolog
Rusia bernama Ivan Pavlov
b.
Pengondisian operant
Pengkondisian
operan adalah jenis penglondisian di mana perilaku sukarela yang diharapkan
menghasilkan penghargaan atau mencegah sebuah hukuman. Kecenderungan untuk mengulang perilaku seperti
ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-konsekuensi
yang dihasilkan oleh perilaku. Dengan demikian, penegasan akan memperkuat
sebuah perilaku dan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulangi.
c.
Pembelajaran sosial
Pembelajaran sosial adalah
pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung.
Meskipun teori pembelajaran sosial adalah perluasan dari pengkondisian operan,
teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah fungsi dari konsekuensi. Teori
ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan dan pentingnya persepsi dalam
pembelajaran.
d. Perhatian dan Motivasi
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak
mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih
lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan
perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa
tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut
perlu dibangkitkan perhatiannya
e.
Keaktifan
Menurut
pandangan psikologi anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan
untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak
bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang
lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru
hanya sebagai pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar
menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima,
tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak
memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu.
f. Keterlibatan Langsung/Pengalaman
Belajar haruslah
dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa
dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya
mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya.
g.
Pengulangan
Prinsip belajar
yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori
ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka
daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna. Dalam
proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan
melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam
belajar, karena dengan adanya pengulangan "bahan yang belum begitu
dikuasai serta mudah terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang.
Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih
penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari
misalnya dengan membuat ringkasan.
h.
Tantangan
Teori medan
(Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada
dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan
belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar
telah tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian
seterusnya. Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi
hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan.
i.
Balikan
dan Penguatan
Prinsip belajar
yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan adalah teori belajar operant
conditioning dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah hukum effeknya
Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, jika disertai
perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai perasaan
tidak senang.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian dan Kegunaan Sistem
Sistem berasal dari bahasa
Latin (systēma) dan bahasa
Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang
terdiri komponen
atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi
atau energi.
Definisi tentang sistem selalu
berkembang sesuai dengan konteks dimana pengertian sistem itu digunakan.
Misalnya kumpulan dari bagian-bagian yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang sama seperti sistem tata surya, sistem pencernaan, sistem komputer, sistem
pembelajaran dan lain-lain. Ada juga yang mengatakan bahwa sistem terdiri dari
unsur-unsur seperti input, processing, serta output (seperti sistem kerja
komputer).
Pembelajaran
merupakan kegiatan yang bertujuan, yakni membelajarkan siswa. Pembelajaran
melalui proses yang merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan banyak
komponen yang saling berinteraksi, interdependensi dan terintegrasi. Oleh
karena itu seorang guru sebagai faktor utama dalam sistem pembelajaran perlu
memahami sistem dengan baik supaya dapat merencanakan pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan dengan hasil yang diharapkan.
Menurut Oemar Hamalik (2001)
pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari
komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan
dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Sistem bermanfaat untuk
merencanakan suatu proses pembelajaran, karena perencanaan merupakan proses dan
cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan (Ely,
1979). Proses pembelajaran dengan perencanaan yang sistematis diharapkan; pertama,
peluang keberhasilan untuk mencapai tujuan yang diharapkan lebih besar. Kedua,
terhindar dari hambatan yang kemungkinan muncul tidak terduga. Ketiga,
fasilitas dan sumber yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan lebih
maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh
Terhadap Sistem Pembelajaran
Dalam pendekatan sistem, pembelajaran merupakan
suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung.
Komponen-komponen tersebut dapat menunjang kualitas pembelajaran.
1.
Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat
menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Guru tidak hanya
berperaan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga
sebagai pengelola pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan suatu proses
pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
Guru adalah sebuah profesi.
Pelaksanaan tugas guru harus profesional. Walaupun guru sebagai seorang
individu yang memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai
pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan.
Untuk itu guru harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut dengan
kompetensi guru. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang
profesional. Kompetensi guru itu mencakup kemampuan menguasai siswa, menguasai
tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara
mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar.
(Soetopo, 2005).
Guru memiliki peran yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar. Menurut Usman (1990) ada empat peran guru dalam
pembelajaran, yaitu: (1) sebagai demonstrator, lecturer (pengajar),
(2) sebagai pengelola kelas, (3) sebagai mediator dan fasilitator, dan (4)
sebagai motivator.
2.
Faktor Siswa
Teori didaktik metodik telah
bergeser dalam menempatkan siswa sebagai komponen proses belajar mengajar
(PBM). Siswa yang semula dipandang sebagai objek pendidikan bergeser sebagai
subjek pendidikan. Sebagai subjek, siswa adalah kunci dari semua pelaksanaan
pendidikan. Tiada pendidikan tanpa anak didik. Untuk itu siswa harus dipahami
dan dilayani sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya sebagai siswa.
Siswa adalah organisme yang unik
yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Jenis kelamin siswa,
tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi, keluarga siswa
merupakan aspek latar belakang yang mempengaruhi proses pembelajaran. Selain
itu, sikap dan penampilan siswa di kelas juga dapat berpengaruh dalam proses
pembelajaran.
3.
Faktor Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana
akan sangat membantu guru dalam menyelenggarakan pembelajaran, dengan demikian
sarana dan prasarana berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu
pemerintah seharusnya lebih memperhatikan lagi faktor ini, karena pada
kenyataannya bantuan yang diberikan oleh pemerintah belum merata ke seluruh
sekolah yang membutuhkan. Justru sekolah-sekolah yang sudah maju dengan yang
jumlah siswa banyak yang mendapatkan bantuan sarana dan prasarana. Sedangkan
sekolah-sekolah dengan siswa sedikit yang berada di pelosok daerah mendapat
bantuan yang minim, karena dalam pemberian bantuan sering digunakan dengan
prosentase jumlah siswa.
4.
Faktor Lingkungan
Mengelola lingkungan pembelajaran
baik di kelas maupun di luar kelas bukan merupakan tugas yang ringan. Oleh
karenanya guru harus banyak belajar. Doyle (1986) berpendapat bahwa hal-hal
yang menyebabkan pengelolaan kelas mempunyai beberapa dimensi. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Emersen, Everston dan Anderson (1980), peristiwa
yang terjadi pada waktu awal-awal sekolah banyak berpengaruh terhadap
pengelolaan kelas pada tingkat-tingkat berikutnya.
3.3 Komponen-komponen dalam Sistem
Pembelajaran
1. Tujuan
Sistem pembelajaran sangat
tergantung dengan tujuan pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa, apa yang harus
dimiliki siswa, semua tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan disusun
berdasarkan ciri karakteristik anak dan arah yang ingin dicapai.
Tujuan belajar adalah sejumah hasil
belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang
umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru yang
diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003). Lebih lanjut menurut Oemar
Hamalik, bahwasannya komponen tujuan pembelajaran, meliputi: (1) tingkah laku,
(2) kondisi-kondisi tes, (3) standar (ukuran) perilaku.
2. Isi
atau Materi Pelajaran
Materi pembelajaran dalam arti yang luas tidak hanya
yang tertuang dalam buku paket yang diwajibkan, akan tetapi mencakup
keseluruhan materi pembelajaran. Setiap aktivitas belajar-mengajar harus ada
materinya. Semua materi pembelajaran harus diorganisasikan secara sistematis
agar mudah dipahami oleh anak. Materi disusun berdasarkan tujuan dan
karakteristik siswa.
3. Startegi
atau metode pembelajaran
Keberhasilan dalam mencapai tujuan juga sangat
tergantung pada komponen ini. Bagaimana lengkap dan jelasnya komponen lain,
tanpa dapat diimplementasikan dengan strategi yang tepat, maka
komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian
tujuan.
4. Alat
dan sumber belajar
Agar materi pembelajaran lebih
mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses belajar-mengajar digunakan alat
pembelajaran. Alat pembelajaran dapat berupa benda yang sesungguhnya, imitasi,
gambar, bagan, grafik, tabulasi dan sebagainya yang dituangkan dalam media.
Media itu dapat berupa alat elektronik, alat cetak, dan tiruan.
Menggunakan sarana atau alat
pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, siawa, materi, dan metode
pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan tenaga pengajar yang memiliki
kemampuan dan kecakapan yang memadai (Asnawir, 2002) diperlukan guru yang
handal dan mempunyai kemampuan (capability) yang tinggi.
5. Evaluasi
Evaluasi dapat digunakan untuk
menyusun graduasi kemampuan anak didik, sehingga ada penanda simbolik yang
dilaporkan kepada semua pihak. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif,
obyektif, kooperatif, dan efektif. Evaluasi dilaksanakan berpedoman pada tujuan
dan materi pembelajaran.
Guru harus melakukan evaluasi
terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika
semua siswa sudah menguasai kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan
dengan catatan guru memberikan perbaikan (remidial) kepada siswa yang belum
mencapai ketuntasan. Dengan adanya evaluasi, maka dapat diketahui kompetensi
dasar, materi, atau individu yang belum mencapai ketuntasan. (Madjid, 2005)
Melalui evaluasi guru dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai
komponen sistem pembelajaran.
Menentukan dan menganalisis kelima
komponen pokok dalam proses pembelajaran di atas, akan dapat membantu guru
dalam Sistem
pembelajaran dalam pendidikan akademik dengan memperhatikan beberapa prinsip
sebagai berikut:
a.
Keaktifan peserta didik
Proses pembelajaran diarahkan pada upaya
untuk mengaktifkan peserta didik, bukan dalam arti fisik melainkan dalam
keseluruhan perilaku belajar. Keaktifan ini dapat diwujudkan antara lain
melalui pemberian kesempatan menyatakan gagasan, mencari informasi dari
berbagai sumber dan melaksanakan tugas-tugas yang merupakan aplikasi dari
konsep-konsep yang telah dipelajari.
b.
Higher order thinking
Pengembangan sistim pembelajaran yang
berorientasi pada kemampuan berfikir tingkat tinggi (higher order thinking),
meliputi berfikir kritis, kreatif, logis, reflektif, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
c.
Dampak pengiring
Di samping diarahkan pada pencapaian
dampak instruksional (instructional effects), proses pembelajaran
diharapkan mengakomodasi upaya pencapaian dampak pengiring (nurturant
effects). Upaya ini akan membantu pengembangan sikap dan kepribadian
peserta didik sebagai calon guru. Sebagai contoh, pembelajaran IPA secara tidak
langsung akan menanamkan sikap ilmiah kepada peserta didik, penerapan strategi
pembelejaran melalui diskusi, secara tidak langsung akan membentuk kemampuan
komunikasi, menghargai pendapat orang lain, mendengarkan pendapat orang, dsb.
d. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Keterampilan memanfaatkan multi media dan
teknologi informasi perlu dikembangkan dalam semua perkuliahan, baik untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan maupun sebagai media pembelajaran.
e. Pembelajaran Kontekstual
Dalam melaksanakan pembelajaran,
konsep-konsep diperoleh melalui pengalaman dan kenyataan yang ada di lingkungan
sehari-hari. Pengenalan lapangan dalam bidang pembelajaran dilakukan sejak
awal, tidak hanya menjelang akhir program, melalui kunjungan ke sekolah pada
waktu-waktu tertentu, hingga pelaksanan Program Pengalaman Lapangan. Kegiatan
dirancang dan dilaksanakan sebagai tugas perkuliahan.
f. Penggunaan strategi dan model pembelajaran yang inovatif dan bervariasi
dalam mengaktifkan peserta didik.
g. Belajar dengan berbuat.
Prinsip learning by doing tidak
hanya diperlukan dalam pembentukan keterampilan, melainkan juga pada
pembentukan pengetahuan dan sikap. Dengan prinsip ini, pengetahuan dan sikap
terbentuk melalui pengalaman dalam menyelesaikan kegiatan-kegiatan yang
ditugaskan termasuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di lapangan. Proses
pembelajaran dalam Program PPG lebih menekankan kepada partisipasi aktif
mahasiswa melalui model pembelajaran workshop atau lokakarya dengan bimbingan
atau asuhan dosen dan guru pamong.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ø Sistem
berasal dari bahasa Latin (systēma)
dan bahasa Yunani
(sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen
atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi,
materi
atau energi.
Ø Pembelajaran merupakan kegiatan yang
bertujuan, yakni membelajarkan siswa. Pembelajaran melalui proses yang
merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan banyak komponen yang saling
berinteraksi, interdependensi dan terintegrasi
Ø
Menurut Oemar Hamalik (2001)
pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari
komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan
dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
4.2 Saran
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari Dosen Pembimbing Profesi Pendidikan serta teman-teman
sekalian yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini.
0 komentar:
Posting Komentar